Ada sepasang sandal sisirangan. Karena takdir, sandal sebelah kanan kehilangan pasangannya. Karena takdir pula, si sandal menemukan pasangan lain yang lebih kecil. Tak apa, karena dengannya sandal itu masih berguna.

Ada sekitar 7 pasang  kaki yang akhirnya menggunakan sandal itu, meski yang tiga tak lama memakainya. Yang dua lebih memilih memakai yang lebih bagus, yang satu tak lama berada di dunia ini.

Pun demikian, tak ada sedetik pun si sandal sisirangan ini membeda-bedakan kaki yang memakainya. Meski memang jalan cerita kaki-kaki itu berbeda pada selanjutnya.

Kelima kaki-kaki itu dianugerahi sama-sama kemampuan dan kelebihan yang luar biasa. Meski pada akhirnya memiliki langkah ke arah yang berbeda-beda pula. Hal yang harus disyukuri sebanarnya.

Si sandal sisirangan ini pernah disebut membeda-bedakan kaki pemakainya. Si sandal dituduh lebih menyayangi kaki-kaki yang lebih kecil. Ya, mungkin begitu secara kasat mata. Tak bisa dipungkiri kaki-kaki kecil itu lebih banyak mendapatkan banyak porsi waktu bersama dengan si sandal sisirangan.

Kaki-kaki kecil itu juga beruntung, tumbuh besar ketika si sandal kanan mendapatkan bayaran yang lebih banyak dari pembuatnya. Jika dulu dihargai sepuluh ribu saja, namun sejak jaman milenium harganya melonjak menjadi jutaan rupiah. Hal itu, mengantar kaki-kai lebih kecil bisa menginjak sekolah yang lebih tinggi.

Tapi apakah si sandal sisirangan itu lebih mementingkan kaki-kaki kecil pemakainya? Sejatinya tidak, bahkan si sandal kiri sangat menginginkan memberikan sesuatu untuk mengganti ketidakmampuannya dulu mendampingi kaki besar bahkan menyekolahkannya ke jenjang yg lebih tinggi.

Dulu sekitar akhir 80an dan awal 90an, si sandal sisirangan bahkan harus menjual beras jatah untuk membayar sekolah kaki-kaki yang memakainya. Pernah suatu saat, selendang favoritnya pun harus berpindah tangan untuk mengganti biaya perjalanan sang kaki.

Hari ini, si sandal sisirangan meminta pada kaki yang kecil untuk membayar miliknya yang terakhir, agar bisa mengganti kesalahan mereka karena tidak mampu memberikan hal yang sama seperti yang diberikan pada kaki yang lebih kecil.

Dan kaki kecil mengatakan, wahai sandal. Sungguh kami telah diberi bekal berupa ilmu, maka kami tak akan meminta bagian apa pun dari mu lagi kecuali doa. Kelak, berikanlah seluruh yang kalian miliki sekarang untuk kaki-kaki yang lebih besar. Meski terlambat tak mengapa, karena tak sekali pun kami menganggap beda kakak-kakak kami. Meski terkadang kami menyakiti hati mereka.

Sungguh, sandal sisirangan itu tak pantas disakiti, karena doa mereka pun sama ampuhnya dengan sandal-sandal yang lain. Apalagi sampai mengatakan, “kehilangan sebelah sandal sama saja dengan kehilangan sepasang sandal”.