29/03/2020

Puisi rakyat merupakan warisan turun-temurun yang harus kita pelihara. Puisi rakyat dapat berupa pantun, syair, dan gurindam.

  1. Pantun

Pantun merupakan puisi melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama di Nusantara, yaitu tuntun (bahasa Jawa) dan pantun (bahasa Toba). Fungsi pantun adalah mendidik sambil menghibur.

Ciri-ciri pantun:

    1. Setiap bait terdiri atas empat baris

    2. Setiap baris terdiri atas 8-12 susku kata

    3. Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b

    4. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran

    5. Baris ketiga dan keempat merupakan isi

Contoh pantun

Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian


 
  1. Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam yang berarti mula-mula atau perumpamaan.

Ciri-ciri gurindam:

    1. Setiap bait terdiri atas dua baris

    2. Setiap baris memiliki 10-14 suku kata

    3. Setiap baris memiliki rima yang sama atau bersajak a-a, b-b, c-c, dan seterusnya

    4. Baris satu dan dua merupakan satu kesatuan utuh

    5. Baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian

    6. Baris kedua berisi jawaban atau maksud gurindam

Contoh gurindam:

Dengan orang tua jangan melawan

Kalau tidak mau hidup berantakan


  1. Syair

Syair berasal dari Persia bersama dengan masuknya islam di Indonesia. Istilah syair berasal dari bahasa Arab, yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syi’ur yang berarti puisi dalam pengetahuan.

Ciri-ciri syair:

    1. Setiap bait terdiri atas empat baris

    2. Setiap baris terdiri atas 8-14 sku kata

    3. Bersajak a-a-a-a

    4. Semua baris merupakan isi

    5. Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan

Contoh syair

Syair Perahu

(Karya Hamzah Fansuri) 

Inilah gerangan suatu madah

mengarangkan syair terlalu indah,

membetuli jalan tempat berpindah,

di sanalah i’tikat diperbetuli sudah


Wahai muda kenali dirimu,

ialah perahu tamsil tubuhmu,

tiadalah berapa lama hidupmu,

ke akhirat jua kekal diammu.


Hai muda arif-budiman,

hasilkan kemudi dengan pedoman,

alat perahumu jua kerjakan,

itulah jalan membetuli insan.


Perteguh jua alat perahumu,

hasilkan bekal air dan kayu,

dayung pengayuh taruh di situ,

supaya laju perahumu itu


Sudahlah hasil kayu dan ayar,

angkatlah pula sauh dan layar,

pada beras bekal jantanlah taksir,

niscaya sempurna jalan yang kabir.


Perteguh jua alat perahumu,

muaranya sempit tempatmu lalu,

banyaklah di sana ikan dan hiu,

menanti perahumu lalu dari situ.


Muaranya dalam, ikanpun banyak,

di sanalah perahu karam dan rusak,

karangnya tajam seperti tombak

ke atas pasir kamu tersesak.




Sang Gerimis . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates